Sunday, August 1, 2021

Berbagi Sejarah Kota Pasuruan

Dari Fotografi, Kini Achmad Budiman Berbagi Sejarah Kota Pasuruan

Monday, 2 August 2021


Achmad Budiman sebenarnya seorang pensiunan karyawan swasta di Kabupaten Pasuruan. Namun, kegemarannya pada dunia fotografi membuat dia banyak ‘mengenal’ bangunan bersejarah di Kota Pasuruan. Bahkan, dia rutin membagikan sejarah bangunan di Kota Pasuruan melalui media sosial facebook (FB).

PRIA berbaju merah itu serius memandangi layar komputer di hadapannya. Ia sedang berselancar di dunia maya. Sejumlah situs berbahasa Belanda dikunjungi.

Setelah menemukan cukup fakta yang diinginkan, data itu dirangkum dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bukan diterjemahkan sendiri. Terjemahannya menggunakan Google Translate.

“Karena saya tidak bisa bahasa Belanda, jadi pakai Google Translate. Terus saya susun lagi sehingga enak dibaca. Baru saya bagi melalui media sosial FB yang saya miliki,” ungkapnya memulai obrolan dengan Jawa Pos Radar Bromo.

Karena aktivitasnya itu, facebook Budiman pun banyak jadi jujukan netizen yang ingin tahu tentang sejarah Kota Pasuruan. Terutama sejarah bangunan di Kota Pasuruan.

Budiman sendiri awalnya tidak sengaja melakukan itu. Ia baru saja pensiun sebagai karyawan swasta tahun lalu. Karena memiliki banyak waktu luang, ia pun kembali menekuni fotografi yang jadi hobinya.

Sejumlah gedung dan bangunan di Kota Pasuruan jadi objek fotonya. Foto-foto hasil jepretannya lantas disimpan dalam aplikasi shutterstock.

Secara tidak sengaja, ia menemukan foto-foto lama bangunan kuno di Kota Pasuruan. Karena memang tertarik dengan fotografi, ia pun mencari satu per satu bangunan itu. Hasilnya,  ia menemukan 800 rumah dan bangunan yang juga disimpan di shutterstock.

“Agar lebih paham tentang bangunan itu, akhirnya saya juga cari-cari sejarahnya. Kebanyakan saya cari dari internet melalui situs-situs Belanda. Dan ternyata banyak bangunan bersejarah di Indonesia yang diceritakan dalam situs Belanda,” terang pria yang tinggal di Jalan Menara, Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan ini.

Saat menelusuri sejarah  bangunan Kota Pasuruan itu, dia menemukan fakta tentang titik nol Pasuruan. Bahkan, di situs yang ditemukannya ada foto saat proses pembangunan, masa konstruksi, dan ukuran bangunan.

Budiman awalnya belum tahu bahwa itu adalah titik nol. Dia lantas membagikan hal tersebut di FB-nya. Ternyata ada yang mengomentari fotonya.

Seorang pengguna FB lain melalui akun miliknya menjelaskan, bahwa monumen dengan bendera di tengah disebut sebagai titik nol suatu kota.

Budiman lantas mencari data pendukung melalui peta-peta lama. Dia menemukan fakta bahwa monumen bendera selalu berada di depan rumah residen. Dari situ diketahui, bahwa yang diunggahnya adalah titik nol Pasuruan.

Berdasarkan sejumlah data yang ditelusurinya, diketahui semua titik nol pasti mengarah ke rumah residen atau penguasa daerah saat itu. Untuk Pasuruan, rumah residen ada di Jalan Balaikota.

“Kota Probolinggo sudah ditetapkan. Yakni, bangunan yang sekarang ditempati oleh kodim dan masih asli. Kalau Kota Pasuruan belum ditetapkan. Lokasi residen Pasuruan saat ini jadi kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Pasuruan,” terangnya.

Fakta ini membuatnya semakin giat mempelajari sejarah Kota Pasuruan yang belum pernah diungkap. Dari sini, dia pun menemukan sejumlah fakta menarik.

Di antaranya, pabrik karton di Kelurahan Petamanan, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, memiliki air Sumber Purut. Dulu, air ini diperjualbelikan ke Kota Surabaya dan Probolinggo karena kualitasnya. Ini diungkap di situs PDAM Kota Surabaya.

Lalu, ada pula fakta tentang kedatangan Raja Thailand ke Pasuruan pada 1896. Saat itu, Raja Thailand ke Gunung Bromo untuk berlibur sekaligus berbisnis. Saat itu, Raja Thailand ini yang pertama kali naik  kereta kuda dengan ditarik delapan kuda ke lautan pasir Bromo.

Ada pula fakta bahwa SD Bangilan adalah sekolah pribumi tertua di Indonesia yang didirikan pada 1 Juni 1850. Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk para pejabat pribumi saat itu.

TITIK NOL PASURUAN: Achmad Budiman menekuni fotografi sebelum akhirnya mendalami tentang sejarah Kota Pasuruan. Contoh unggahannya soal sejarah Kota Pasuruan.  (Foto: Fahrizal Firmani/Jawa Pos Radar Bromo)

“Kalau menurut peta tahun 1946, bangunan SD Bangilan hanya satu. Yaitu, blok yang paling utara. Sementara bangunan lainnya itu ada setelah kemerdekaan. Sekolah ini dulunya dikhususkan untuk pejabat pribumi Pasuruan dan sekitarnya. Seperti Kota Probolinggo hingga Malang,” tuturnya.

Total saat ini ada 35 fakta bangunan dan sejarah Kota Pasuruan yang ia temukan dan dibagi melalui FB. Semuanya ditemukan selama enam bulan.

Kisah yang dibaginya itu penting untuk menambah wawasan sejarah naik turunnya perekonomian di Pasuruan.  Di mana dulunya Kota Pasuruan ini jadi penghubung perekonomian di Jatim. Cuma saat ini malah kalah dengan daerah lain seperti Kota Malang.

“Ini usai dibangunnya jalur kereta api (KA) yang menghubungkan Surabaya-Malang. Dulu saat belum ada lalu lintas darat, hasil bumi untuk Kota Malang dan wilayah Tengger dan tapal kuda pasti diangkut ke Kota Pasuruan dulu,” pungkasnya.


Sumber :

https://radarbromo.jawapos.com/pasuruan/02/08/2021/dari-fotografi-kini-achmad-budiman-berbagi-sejarah-kota-pasuruan/

Related Posts