Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Sunday, September 12, 2021

Candi Gunung Gangsir

Candi Gunung Gangsir, Candi Bersejarah di Kabupaten Pasuruan

Candi Gunung Gangsir

Candi Gunung Gangsir adalah sebuah candi yang terletak di Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Nama candi ini masih merupakan mitos penduduk sekitar, yaitu bahwa nama ‘gunung’ diambil dari keberadaan bangunan candi ini pada masa lampau yang dilingkupi oleh gunung. 

Sedangkan kata gangsir(Jawa : nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah.

Menurut keterangan penduduk, nama ini muncul ketika pada suatu saat ada seseorang yang berusaha ‘menggangsir’ gunung ini untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi ini. Maka dikenallah bangunan candi ini dengan nama Candi Gunung Gangsir.

Candi Gunung Gangsir merupakan tugu peringatan atas keberhasilan Nyi Sri Gati (Mbok Rondo Darmo) dalam keberhasilannya bercocok tanam. Nyi Sri Gati atau yang lebih terkenal dengan sebutan Mbok Rondo Darmo ini seorang perempuan yang tidak diketahui dari mana asalnya. 

Semasa hidupnya, Mbok Rondo Darmo ini mengajak para boro meminta petunjuk kepada Hyang Widi untuk mengatasi bahan makanan yang semakin berkurang pada saat itu. Sehingga suatu ketika datang hewan sebangsa burung gelatik yang membawa padi dan kulit. 

Padi yang berasal dari kulit tidak berbuah padi melainkan berbuah batu permata yang menyebabkan Nyi Sri Gati menjadi kaya raya dan akhirnya terkenal dengan sebutan Mbok Rondo Darmo.

Umumnya, harga tiket untuk masuk tempat wisata berbeda antara hari libur, minggu atau hari biasa.. Harga bisa berubah sewaktu-waktu. Saat weekday, harga tiket masuk Candi Gunung Gangsir adalah Rp3,000.00. 

Sementara saat weekend harga tiket masuk Candi Gunung Gangsir adalah Rp5,000.00. Harga weekday umumnya berarti hari Senin-Jumat, sementara weekend Sabtu dan Minggu. Tiap-tiap tempat wisata punya jam buka dan tutup berbeda. 

Begitu juga dengan destinasi yang ada di Kab Pasuruan. Candi Gunung Gangsir buka jam 07.00 dan tutup jam 17.00. Jam ini sesuai dengan zona waktu setempat yakni waktu Asia/Jakarta.


Sumber :

https://pesonajatim.com/candi-gunung-gangsir-candi-bersejarah-di-kabupaten-pasuruan/

Sunday, August 1, 2021

Berbagi Sejarah Kota Pasuruan

Dari Fotografi, Kini Achmad Budiman Berbagi Sejarah Kota Pasuruan

Monday, 2 August 2021


Achmad Budiman sebenarnya seorang pensiunan karyawan swasta di Kabupaten Pasuruan. Namun, kegemarannya pada dunia fotografi membuat dia banyak ‘mengenal’ bangunan bersejarah di Kota Pasuruan. Bahkan, dia rutin membagikan sejarah bangunan di Kota Pasuruan melalui media sosial facebook (FB).

PRIA berbaju merah itu serius memandangi layar komputer di hadapannya. Ia sedang berselancar di dunia maya. Sejumlah situs berbahasa Belanda dikunjungi.

Setelah menemukan cukup fakta yang diinginkan, data itu dirangkum dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bukan diterjemahkan sendiri. Terjemahannya menggunakan Google Translate.

“Karena saya tidak bisa bahasa Belanda, jadi pakai Google Translate. Terus saya susun lagi sehingga enak dibaca. Baru saya bagi melalui media sosial FB yang saya miliki,” ungkapnya memulai obrolan dengan Jawa Pos Radar Bromo.

Karena aktivitasnya itu, facebook Budiman pun banyak jadi jujukan netizen yang ingin tahu tentang sejarah Kota Pasuruan. Terutama sejarah bangunan di Kota Pasuruan.

Budiman sendiri awalnya tidak sengaja melakukan itu. Ia baru saja pensiun sebagai karyawan swasta tahun lalu. Karena memiliki banyak waktu luang, ia pun kembali menekuni fotografi yang jadi hobinya.

Sejumlah gedung dan bangunan di Kota Pasuruan jadi objek fotonya. Foto-foto hasil jepretannya lantas disimpan dalam aplikasi shutterstock.

Secara tidak sengaja, ia menemukan foto-foto lama bangunan kuno di Kota Pasuruan. Karena memang tertarik dengan fotografi, ia pun mencari satu per satu bangunan itu. Hasilnya,  ia menemukan 800 rumah dan bangunan yang juga disimpan di shutterstock.

“Agar lebih paham tentang bangunan itu, akhirnya saya juga cari-cari sejarahnya. Kebanyakan saya cari dari internet melalui situs-situs Belanda. Dan ternyata banyak bangunan bersejarah di Indonesia yang diceritakan dalam situs Belanda,” terang pria yang tinggal di Jalan Menara, Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan ini.

Saat menelusuri sejarah  bangunan Kota Pasuruan itu, dia menemukan fakta tentang titik nol Pasuruan. Bahkan, di situs yang ditemukannya ada foto saat proses pembangunan, masa konstruksi, dan ukuran bangunan.

Budiman awalnya belum tahu bahwa itu adalah titik nol. Dia lantas membagikan hal tersebut di FB-nya. Ternyata ada yang mengomentari fotonya.

Seorang pengguna FB lain melalui akun miliknya menjelaskan, bahwa monumen dengan bendera di tengah disebut sebagai titik nol suatu kota.

Budiman lantas mencari data pendukung melalui peta-peta lama. Dia menemukan fakta bahwa monumen bendera selalu berada di depan rumah residen. Dari situ diketahui, bahwa yang diunggahnya adalah titik nol Pasuruan.

Berdasarkan sejumlah data yang ditelusurinya, diketahui semua titik nol pasti mengarah ke rumah residen atau penguasa daerah saat itu. Untuk Pasuruan, rumah residen ada di Jalan Balaikota.

“Kota Probolinggo sudah ditetapkan. Yakni, bangunan yang sekarang ditempati oleh kodim dan masih asli. Kalau Kota Pasuruan belum ditetapkan. Lokasi residen Pasuruan saat ini jadi kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Pasuruan,” terangnya.

Fakta ini membuatnya semakin giat mempelajari sejarah Kota Pasuruan yang belum pernah diungkap. Dari sini, dia pun menemukan sejumlah fakta menarik.

Di antaranya, pabrik karton di Kelurahan Petamanan, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, memiliki air Sumber Purut. Dulu, air ini diperjualbelikan ke Kota Surabaya dan Probolinggo karena kualitasnya. Ini diungkap di situs PDAM Kota Surabaya.

Lalu, ada pula fakta tentang kedatangan Raja Thailand ke Pasuruan pada 1896. Saat itu, Raja Thailand ke Gunung Bromo untuk berlibur sekaligus berbisnis. Saat itu, Raja Thailand ini yang pertama kali naik  kereta kuda dengan ditarik delapan kuda ke lautan pasir Bromo.

Ada pula fakta bahwa SD Bangilan adalah sekolah pribumi tertua di Indonesia yang didirikan pada 1 Juni 1850. Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk para pejabat pribumi saat itu.

TITIK NOL PASURUAN: Achmad Budiman menekuni fotografi sebelum akhirnya mendalami tentang sejarah Kota Pasuruan. Contoh unggahannya soal sejarah Kota Pasuruan.  (Foto: Fahrizal Firmani/Jawa Pos Radar Bromo)

“Kalau menurut peta tahun 1946, bangunan SD Bangilan hanya satu. Yaitu, blok yang paling utara. Sementara bangunan lainnya itu ada setelah kemerdekaan. Sekolah ini dulunya dikhususkan untuk pejabat pribumi Pasuruan dan sekitarnya. Seperti Kota Probolinggo hingga Malang,” tuturnya.

Total saat ini ada 35 fakta bangunan dan sejarah Kota Pasuruan yang ia temukan dan dibagi melalui FB. Semuanya ditemukan selama enam bulan.

Kisah yang dibaginya itu penting untuk menambah wawasan sejarah naik turunnya perekonomian di Pasuruan.  Di mana dulunya Kota Pasuruan ini jadi penghubung perekonomian di Jatim. Cuma saat ini malah kalah dengan daerah lain seperti Kota Malang.

“Ini usai dibangunnya jalur kereta api (KA) yang menghubungkan Surabaya-Malang. Dulu saat belum ada lalu lintas darat, hasil bumi untuk Kota Malang dan wilayah Tengger dan tapal kuda pasti diangkut ke Kota Pasuruan dulu,” pungkasnya.


Sumber :

https://radarbromo.jawapos.com/pasuruan/02/08/2021/dari-fotografi-kini-achmad-budiman-berbagi-sejarah-kota-pasuruan/

Tuesday, June 22, 2021

Diduga Peninggalan Mpu Sindok

Saluran Air Kuno di Pasuruan Diduga Peninggalan Mpu Sindok

Sabtu, 19 Jun 2021 13:30 WIB

Ekskavasi tahap awal saluran air kuno di Dusun Blimbing, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, tuntas. Banyak temuan potensial dari penggalian selama 10 hari itu.

"Sudah 39 meter yang kita tampakkan, ada indikasi saluran itu sepanjang 200 meter. Yang kita tampilkan (sepanjang 39 meter) itu bagian tengahnya saja. Itu potensinya lebih luas ya, sehingga perlu tahapan berikutnya, potensinya sangat besar karena kami kaitkan dengan Prasasti Cunggrang," kata ketua tim ekskavasi, Wicaksono Dwi Nugroho, Sabtu (19/6/2021).

Peneliti mengaitkan saluran air kuno itu dengan Prasasti Cunggrang, di Dusun Sukci, Desa Bulusari. Prasasti Cunggrang merupakan peninggalan masa Mpu Sindok, raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, abad 10 masehi.

"Letaknya jauh dari Candi Sumber Tetek, sekitar 5 kilo meter. Saluran air kuno ini mengarah ke Prasasti Cunggrang di sisi utara. Sementara hipotesisnya kita kaitkan dengan Prasasti Cunggrang yang dikeluarkan oleh Mpu Sindok, pra-Majapahit, " terangnya.

Namun, tak banyak temuan lepas dari ekskavasi yang dilakukan. Sehingga dibutuhkan ekskavasi lanjutan untuk menguak potensi saluran air tertutup itu.

"Kita akan persentasi ke bupati untuk mengambil langkah selanjutnya," tambahnya.

Camat Gempol, Taufiqul Ghoni berharap ekskavasi dilanjutkan ke tahap selanjutnya dan ada temuan yang signifikan. Semakin banyak temuan cagar budaya, akan semakin bermanfaat bagi warga, baik dari sisi pendidikan, budaya dan ekonomi.

"Sejauh yang saya ketahui dari memantau ekskavasi, ada sumber air yang menarik kita sebagai salah satu indikasi adanya petirtaan di sekitar lokasi," terang Ghoni.

BPCB Jawa Timur sejak 10 hari lalu melakukan ekskavasi awal struktur bata kuno di Dusun Blimbing, Desa Bulusari, yang ditemukan pada Januari 2021. Struktur bata kuno itu dipastikan bangunan saluran air kuno.

Saluran air itu dibangun dengan bata besar berukuran panjang 38 sentimeter (cm), lebar 22 cm, dan tebalnya 8 cm. Ketinggian struktur 15 lapis bata atau 140 cm dengan lebar 150 cm. Struktur ini memanjang dari selatan ke utara.


Sumber :

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5612205/saluran-air-kuno-di-pasuruan-diduga-peninggalan-mpu-sindok

Tuesday, July 15, 2014

Sejarah Nama Pasuruan (2)


Pada Zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang besar di Jawa Timur. Kerajaan Tersebut
bernama "Mataram". Saat itu, yang menjadi Rajanya adalah Mpu Sindok yang bergelar Sri Isana Tungga. Mpu Sindok merupakan Raja yang adil dan Bijaksana,

Sehingga pada pemerintahannya, kerajaan mataram bisa hidup dengan makmur. Suatu hari ada utusan dari majapahit yang menghadap Mpu Sindok mengabarkan bahwa Raja Majapahit, Hayam Wuruk akan singgah ke kerajaan mataram.

Raja Hayam Wuruk melakukan perjalanan dalam rangka mencari seorang pertapa sakti bernama Kuti Darbaru di desa Padameyan. Sebuah desa di sebelah utara Kepulungan. Saat itu, kerajaan majapahit
sedang ada wabah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, sudah bermacam cara digunakan namun belum berhasil mengusir wabah tersebut.

Konon, Hanya Pertapa Kuti Darbaru saja yang bisa menyembuhkannya. Raja Hayam Wuruk
mendapatkan wangsit tersebut melalui mimpinya. Setelah mendapat kabar bahwa kerajaan Mataram akan didatangi seorang raja Majapahit.

Mpu sindok pun segera melakukan beberapa persiapan untuk menyambut beliau. Diantaranya adalah,
memerintahkan pembangunan candi. Dengan susah payah, candi tersebut pun akhirnya berhasil dibangun.

Pembuatan candi tersebut terkendala, karena ada upaya sabotase dari arya penangsang. Arya Penangsang sakit hati lantaran pernah dihukum oleh Mpu Sindok.

Singkat Cerita, Raja Hayam Wuruk Pun sampai di Kerajaan Mpu Sindok, Beliau di jamu dengan sangat baik oleh sang Raja Mataram.

Salah satu yang jamuannya adalah Sirih / Suruh. Lengkap dengan puan emas, gambir, kapur, dan
pinang. Saat mengunyah suruh tersebut (nyuruh) , sang raja hayam Wuruk berulang kali
mengucapkan "Pasuruhan". Yang berarti Mataram tempatnya Suruh.

Akhirnya, tempat yang digunakan oleh Mpu Sindok Untuk menyambut Raja Hayam Wuruk Itu diberi
nama Pasuruhan. Lama-kelamaan, karena lebih mudah diucapkan, Nama Pasuruhan berubah
menjadi Pasuruan.

Sumber :
https://www.facebook.com/pages/Supporters-Jawa-Timur

Wednesday, March 19, 2014

Sejarah Nama Pasuruan (1)


Oleh: Imron Rosidi

Dahulu kala, lahirlah seorang anak yang bernama Untung Suropati. Dia dilahirkan dari seorang ibu yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Nama Untung Suropati merupakan nama pemberian neneknya. Nama itu memiliki maksud agar putranya selalu beruntung selama hidupnya.

Sejak Untung Suropati berumur 15 tahun, ibunya meninggal dunia dan dia menjadi anak angkat Belanda. Meskipun begitu, Untung Suropati sangat membenci Belanda, tetapi dia tidak mengungkapkan secara langsung kepada orang tua angkatnya.

Waktu terus berjalan. Untung mulai berani melawan Belanda beserta pasukannya. Atas keberanian tersebut, Untung Suropati harus masuk penjara di Batavia (yang sekarang menjadi Jakarta). Selama Untung Suropati berada dalam penjara, kebenciannya terhadap Belanda meluap-luap. Oleh sebab itu, Untung selalu berusaha menyadarkan rakyat Indonesia yang sama-sama berada di penjara untuk bersatu melawan Belanda. Ternyata, seluruh penghuni penjara sepakat untuk mendukung keinginan Untung Suropati.

Untung Suropati beserta kawan-kawannya yang berada di penjara setiap hari memikirkan dan mengatur strategi agar bisa keluar dari penjara. Setelah semua diatur sebaik mungkin, Untung mulai beraksi. Untung dan semua pengikutnya bersiap melarikan diri dari penjara.

“Bagaimana keadaan di luar?” bisik Untung kepada penghuni penjara yang dekat pintu keluar.

“Aman,” jawab salah seorang tahanan lainnya

Untung menggedor-gedor pintu penjara. Penghuni penjara lainnya mengikuti sehingga suasana gaduh. Dua sipir penjara bergegas membuka pintu penjara tempat Untung berada. Pada saat itulah dua sipir berhasil dilumpuhkan. Diambilnya kunci penjara yang berada di pinggang sipir. Setiap orang Belanda yang dijumpai dilumpuhkannya. Untung Suropati dan semua penghuni penjara melarikan diri ke Mataram yang letaknya cukup jauh dari penjara itu. Selama dalam perjalanan menuju ke Mataram, mereka terus memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk melawan Belanda.

Mengetahui Untung sudah melarikan diri bersama-sama penghuni penjara lainnya, Komandan pasukan Belanda sangat marah. Semua pasukan dikerahkan untuk mengejar Untung Suropati dan kawan-kawannya.

“Tangkap Untung hidup atau mati,” perintah komandan pasukan Belanda

Semua pasukan Belanda ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan Untung Suropati. Untung Suropati dan kawan-kawannya merasa di Mataram bukan tempat yang cocok untuk melarika diri. Untung beserta pengikutnya terus bergerak, yang sampai akhirnya menemukan sebuah daerah yang selama ini mereka cari. Di daerah ini banyak orang yang mendukung sepak terjang Untung Suropati.

Mereka mendirikan tempat persembunyian yang kokoh dan kuat sebagai tempat tinggal Untung Suropati dan kawan-kawannya. Benteng itu berpagar hutan bambu yang lebat bahkan sukar ditembus oleh manusia sekali pun. Dari situlah Untung Suropati menyusun kekuatan dan strategi melawan Belanda. Mereka mulai mengumpulkan semua peralatan perang, seperti senjata, pedang, keris, dan tombak yang dipersiapkan untuk melawan Belanda.

Belanda terus berusaha mencari tempat persembunyian Untung Suropati. Tentara dan mata-mata Belanda disebar ke seluruh pelosok untuk mencari dan menemukan tempat persembunyian Untung. Akhirnya tercium juga tempat persembunyian Untung Suropati. Belanda mengerahkan semua pasukannya menuju ke daerah Timur untuk menggempur Untung Suropati dan kawan-kawannya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, sampailah pasukan Belanda di dekat tempat persembunyian Untung Suropati dan kawan-kawannya. Hanya saja, Belanda merasa kesulitan untuk mendekati tempat persembunyian Untung. Belanda tidak sanggup menembus hutan bambu yang lebat.

Belanda dan pasukannya bertambah kebingungan. Setiap ditanya, tak satu pun orang yang mau menjawab tentang tempat persembunyian Untung Suropati. Mereka selalu diam kalau ditanya. Mereka lebih memilih menghindar dari pasukan Belanda. Kalaupun mereka mau membantu, itu pun karena mereka diancam hendak dibunuh. Bahkan, ibu-ibu tua pun yang tidak mengerti apa-apa harus dibunuh karena tidak mau menunjukkan persembunyian Untung.

Belanda kehabisan akal. Sudah berbulan-bulan berada di daerah itu, tetapi sia-sia. Pimpinan pasukan Belanda memutuskan untuk menyebarkan uang logam di hutan bambu untuk menemukan Untung Suropati. Disiapkanlah berkarung-karung keping uang logam.

Belanda mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa di hutan bambu itu akan disebar berkarung-karung keping uang logam. Ternyata Belanda benar-benar melakukannya. Pada hari yang telah ditentukan oleh Belanda, semua rakyat mulai berbondong-bondong menuju ke tempat yang sudah ditentukan oleh Belanda. Beribu-ribu keping uang logam ditaburkan di seluruh hutan bambu itu. Di setiap sudut mata memandang, di situ terlihat keping uang logam yang memancarkan cahaya terkena sinar mentari.

Masyarakat belum berani mengambil uang logam itu. Mereka takut dengan pasukan Belanda yang berjaga-jaga. Hutan yang penuh dengan keping uang logam itu mulai menjadi bahan pembicaraan. Di sudut-sudut desa, di warung-warung, semua membicarakan tempat yang mirip pasar uang itu. Mereka belum tahu maksud Belanda menyebarkan beribu-ribu keping uang logam di hutan itu.

Beberapa masyarakat mulai timbul niat untuk bisa memiliki uang logam itu. Salah seorang memberanikan diri bertanya kepada salah satu prajurit Belanda.

“Maaf Menir, bolehkah saya mengambil uang logam itu,” tanya Pak Tua yang terlihat gemetaran.

“Apa katamu?”kata prajurit itu berpura-pura tidak mendengar

“Anu, Menir. Uang itu aku ambil ya?

“Hem …, ya, silakan. Tapi, kamu babat dulu hutan bambu itu,” kata prajurit itu dengan suara lantang.

Tanpa berpikir panjang, Pak tua mengambil sabit di rumahnya. Masyarakat berbondong-bondong mengikuti langkah Pak Tua. Mereka berebut menebang hutan bambu untuk mendapatkan uang logam yang telah disebar Belanda. Mereka dengan mudah mendapatkan uang logam itu. Sampai akhirnya, tempat persembunyian Untung Suropati ditemukan pasukan Belanda. Untung beserta pasukannya tertangkap. Orang-orang yang mengambil uang logam dan membabat hutan juga ikut ditangkap.

Tempat yang dikenal sebagai pasar uang itu akhirnya terus dikenang warga. Sejalan dengan perjalanan waktu, bekas hutan bambu tersebut selanjutnya berubah nama menjadi “Pasuruan” yang sekarang menjadi salah satu nama kota di Jawa Timur, sedangkan nama Untung Suropati menjadi nama jalan dan sebuah sekolah yang ada di Pasuruan.


Sumber :
http://guru-umarbakri.blogspot.com

Monday, October 7, 2013

Sejarah Sakera Pasuruan


Sakera adalah seorang tokoh pejuang yang lahir di kelurahan Raci Kota Bangil, Pasuruan, Jatim, Indonesia. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda pada awal abad ke-19. Sakera sadalah seorang jagoan daerah yang melawan penjajah Belanda di perkebunan tebu Kancil Mas Bangil. Legenda jagoan berdarah Bangil ini sangat populer di Jawa Timur utamanya di Pasuruan dan Madura.

Sakera bernama asli Sadiman yang bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula kancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja hingga dijuluki Pak Sakera.

Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda pimpinan ambisius perusahaan ini ingin membeli lahan perkebunan yang seluas-luas dengan harga semurah-murahnya.dengan cara yang licik orang belanda itu menyuruh carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru bagi perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dan dengan iming-iming harta dan kekayaan hingga carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut.

Carik Rembang menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan. Sakera melihat ketidak adilan ini mencoba selalu membela rakyat dan berkali kali upaya carik Rembang gagal. Carik Rembang melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan marah dan mengutus wakilnya Markus untuk membunuh Sakera.

Suatu hari di perkebunan pekerja sedang istirahat, Markus marah-marah dan menghukum para pekerja serta menantang Sakera. Sakera yang dilapori hal ini marah dan membunuh Markus serta pengawalnya di kebon tebu. Sejak saat itu Sakera menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu saat ketika Sakera berkunjung ke rumah ibunya, disana ia dikeroyok oleh carik Rembang dan polisi Belanda. Karena ibu Sakera diancam akan dibunuh maka Sakera ahirnya menyerah, Sakera pun masuk penjara Bangil.

Siksaan demi siksaan dilakukan polisi belanda kepada sakera setiap hari. selama dipenjara Pak Sakera selalu kangen dengan keluarga dirumahnya, Sakera memiliki istri yang sangat cantik bernama Marlena dan seorang keponakan bernama Brodin. Berbeda dengan Sakera yang berjiwa besar, Brodin adalah pemuda nakal yang suka berjudi dan sembunyi-sembunyi mengincar Marlena istri Sakera.

Berkali kali Brodin berusaha untuk mendekati Marlena. Sementara Sakera ada dipenjara, Brodin berhasil berselingkuh dengan Marlena. Ketika kabar itu sampai di telinga Sakera maka Sakera marah dan kabur dari penjara. Brodin pun tewas dibunuh Sakera.

Kemudian Pak Sakera melakukan balas dendam secara berturut turut, dimulai Carik Rembang dibunuh, dilanjutkan dengan menghabisi para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan kepala polisi Bangil pun ditebas tanganya dengan senjata khasnya ‘Clurit’ ketika mencoba menangkap Sakera.

Dengan cara yang licik pula polisi belanda mendatangi teman seperguruan sakera yang bernama Aziz untuk mencari kelemahan Pak Sakera. Dengan iming-iming akan diberi imbalan kekayaan oleh Goverment Belanda di Bangil Aziz menjebak Sakera dengan mengadakan tayuban, karena tahu Sakera paling senang acara tayuban akhirnya Sakera pun terjebak dan dilumpuhkan ilmunya degan pukulan bambu apus.

Lagi-lagi belanda berhasil mertangkap kembali Pak Sakera yang kemudian diadili oleh Government Bangil dan diputuskan untuk dihukum gantung. Sakera gugur digantung di penjara Bangil dan Ia dimakamkan di Bekacak, Kelurahan Kolursari (daerah paling selatan Kota Bangil).


Sumber :
http://kotapasuruan.blogspot.com
http://kamarzuki.blogspot.com

Related Posts