Hanya Lulusan SMP, Mantan Pemain Timnas Jadi Tukang Ojek
Abdul Khamid (51) warga Desa Oro-oro Ombo Wetan Kecamatan Rembang dulu semasa muda dikenal sangat piawai mengocek si kulit bundar di lapangan. Kehebatannya pun sempat mengantarkannya menjadi salah satu punggawa Timnas PSSI era tahun 1980 – an.
Berposisi sebagai stopper Timnas Merah Putih pada eranya, Abdul Khamid sempat satu tim dengan Rahmad Darmawan, Marjuki Nyakmat, Andi Lala, Robby Darwis, Heri Kiswanto, Hermansyah dan Fandi Achmad untuk membela Tim Garuda berlaga dengan musuh-musuhnya.
Kala itu, siapapun tentu bangga dan mengeluh-eluhkan pemain Timnas asli Pasuruan ini dihampir seluruh penjuru tanah air.
Namun, setelah dirinya gantung sepatu atau pensiun sebagai pemain sepak bola, kehidupan Abdul Khamid yang dulunya mempunyai tendangan “gledek” tersebut ternyata berkata lain, hidupnya tak seberuntung sebelumnnya.
Kini ia hanya bekerja sebagai tukang ojek di desanya, untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Abdul Khamid setiap pagi mangkal atau ngetem di pangkalan ojek untuk mencari penumpang dan menjadi ojek antar jemput anak Sekolah Dasar di kampungnya. Tak ada pekerjaan tetap selain itu. Bahkan, dirinya sampai saat ini tidak memiliki rumah sendiri. Ia hanya mengontrak rumah sederhana untuk menaungi istri dan ketiga anaknya.
Uang hasil ngojek pun tak seberapa yakni berkisar antara Rp. 350 ribu perbulan untuk antar jemput seorang siswa SD di kampungnya.
Saat ditemui wartabromo di rumahnya, dirinya mengaku gemar bermain bola sehingga masuk menjadi skuad Timnas PSSI. Saat itu, Indonesia menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan.
Pada era tahun 1980-an Tim Indonesia sempat melawan Korea, Jepang, Arab Saudi, Thailand, Australia, Malaysia dan Singapura dalam babak seleksi piala dunia zona Asia. Kala itu, Timnas berhasil menorehkan prestasi yang cukup membanggakan yakni bisa lolos pada fase selanjutnya meski akhirnya dikandaskan oleh Uni Sovyet.
“Kenangan terindah saya yakni saat menghempaskan Saudi Arabia saat seleksi piala dunia zona Asia, dengan tendangan keras,” kenangnya.
Karena asyik bermain bola, dirinya mengaku tidak terbersit untuk melanjutkan pendidikannya di bangku sekolah. Ijasah terakhirnya hanya sebatas SMP. Kondisi inilah yang kemudian menyulitkan dirinya untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan pendidikan sebagai pelatih sepak bola.
“Kenangan selama menjadi pemain bola berupa medali dan foto telah hilang, saat terjadi banjir tahun lalu,” ujarnya sedih.
Setelah bergabung tim merah putih ia direkrut Niac Mitra selama 7 tahun dan sempat mengantarkan sebagai champion juara selama 3 kali. Dalam galatama ( liga utama) saat itu
dikontrak Persiba Balikpapan dan Pesebaya Surabaya dalam perserikatan selama 5 tahunan hingga sampai gantung sepatu dan menganggur.
Sumber :
http://www.wartabromo.com
http://www.siagaindonesia.com